2/04/2024

Kehangatan Chapter 1 | Sastraku Origami Waktu

Kehangatan

(Fardin Yasin Amura)

 


Zahdan baru saja tiba di Rumah sahabatnya. Pagar putih masih tertutup rapat dihadapannya. Ia berjalan perlahan menuju ke arah gerbang tersebut, membuka lalu menutupnya kembali. Ia menyulusuri setapak kecil yang berbaris rapi di kelilingi rumput hijau indah. Ia pun memencet bel namun tak ada membukakannya. Ia duduk sejenak di kursi kayu coklat tua sambil memandangi arloji di tangan kirinya. Namun tak berlangsung lama, seseorang pun datang membuka pintu itu dan terdengar suara yang tak asing di benaknya.

“Zahdan…”   

Sontak ia berbalik arah melihat ke arah suara itu. Senyuman itu selalu saja menyambutnya, ia begitu sederhana dan tampak tulus. “Sahabat ku, selalu saja begitu” tak sengaja Zahdan bergumam.

“Aku kira tadi nda ada orang di rumah”

“Ayo ke dalam, bunda lagi sibuk masak di dapur” kata Bulan

Zahdan langsung menuju ke dapur dan bertemu bunda. Bulan melanjutkan pekerjaannya membuat kue kesukaan Papa.

Zahdan langsung menyalami bunda di dapur.

“Sore Bunda”

“Zahdan anakku, kamu sudah datang. Tadi Bulan ngambek terus karna kamu belum juga datang”

“Ih.. Bunda, aku ndak suka bilangnya gitu sama Zahdan” Bulan cemberut

“Bulan ternyata lucu juga yah Bunda, Hihihihi”

“Emang sudah gitu dari dulu, kamu yang sabar yah”

“Tenang Bun, aku tetap sabar menghadapi Bulan.  Oh iya Bunda, lagi masak apa hari ini?”

“Lagi buat soup kesukaan Papa. Zahdan bisa bantu bunda ambilin telur ayam di kulkas”

“Bunda, Bulan juga mau telur ayam. Untuk bikin kue kesukaan papa”

“Oh iya, sekalian untuk Bulan juga”

“Siap Bun”

Zahdan mengambil beberapa telur di kulkas lalu memberikan kepada mereka. Ia begitu antusias membantu masak. Sesekali ia tertawa melihat sahabatnya yang cemberut karena beberapa kue yang dibuatnya gosong dalam oven. Zahdan sih yang paling jahil kalau lagi suasana garing. Sedangkan Bunda lagi sibuk mengupas bawang meras.

Hingga tibalah menjelang malam, setelah semua hidangan telah ada di meja makan. Zahdan membantu menyiapkan semua perjamuan kecil itu di ruang keluarga. Bulan masih sibuk menata ruang depan yang sengaja dihiasi keramik kesukaan Ayah. Sebenarnya bagi sebagian orang ini biasa, namun keluarga ini telah menanti kedantangan Ayah selama lima bulan lamanya. “Sahabatku begitu mencintai ayahnya, mungkin ia kesepian semenjak adiknya tinggal bersama Nenek di Singkawan setahun yang lalu. Ia adalah Raysa , adik perempuan yang sama manjanya dengan sahabatku”.   

Bunda sudah menunggu di depan teras rumah. Zahdan dan Bulan masih sibuk merapikan meja makan dan dekorasi ruangan. Namun tidak lama kemudian, suara mobil datang menghampiri depan rumah. Seseorang turun berpakaian rapi lengkap sambil memengang tas yang cukup berat. Sontak hal tersebut membuat membuat mereka penasaran.

“Bunda kenapa di luar”

“Ayah…” Teriak Bulan

“Ayah sudah makan?” Tanya Bunda

“Belum Bunda, tadi dari bandara, ayah langsung ke rumah”

“Bunda sudah siapkan menu makan malam spesial untuk ayah”

“Wah… Kebetulan bunda. Perut sudah keroncongan” Ayah merayu

“Assalamu’alaikum Ayah” Ucap zahdan langsung sambil mencium tangan ayah

“Walaikumsalam Nak, dari jam berapa disini Zahdan”

“Ini Yah, kemarin bulan nyuruh datang ke rumah jam 4 sore, buat bantu-bantu”

“Yang sabar yah, nak. Bulan orangnya baik”

“Siap…”

“Zahdan kan sahabatku, jadi aku bebas minta tolong sama dia” bulan tersenyum

“Ayo kita ke dalam, nanti keburu dingin makanannya” Ujar Bunda

Jadi heran, serasa berada di rumah sendiri. Kehangatan keluarga yang sangat dirindukan. Mereka menyambut hidangan senderhana itu dengan penuh suka cita. Rasanya, tidak ada yang ditinggalkan, meskipun telah lama ayah meninggalkan rumah. Keluaga kecil ini tetap merindukan sosoknya. Acara makan pun berlangsung dengan penuh kehangatan.

Bagikan

Jangan lewatkan

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.