1/29/2024

Menanggung Janji Chapter 1 | Sastraku Origami Waktu

Menanggung Janji

 (Fardin Yasin Amura)



Pukul 5:30 Pagi alarm berbunyi. Anak lelaki itu terbangun sambil merenggangkan badannya yang keram. Ia mematikan alarm yang terus berbunyi di atas meja tepat samping kanang. Lalu beranjak meninggalkan tempat tidur.

Suasana sunyi masih menyelimuti pagi dan tampak langit mulai memancarkan cahaya mentari. Anak itu terhening sejenak memandang keindahan Tuhan di depan teras rumah. Halaman rumah yang asri, mengaromakan bunga anggrek berwarna putih di atas pohon rindang. Ia bersyukur.

“Zahdan.. Kok malah bingung disini”

“Nda Bu, aku hanya nikmati pagi”

“Ibu hanya mau bilang. Jangan kebanyakan ngelamun kalau pagi. Nanti kamu kehabisan waktu untuk hal lain”

“Iya Bu. Ini juga mau siap-siap ke sekolah”

“Oh iya, ibu sudah siapkan sarapan pagi di meja. Yuk. Makan sebelum berangkat ke sekolah”

“Ibu tahu aja, kalau Zahdan lagi keroncongan sekarang” kata Zahdan sambil tertawa kecil

Masakan ibu selalu juara kalau lagi lapar. Biasanya ibu selalu memasak nasi goreng campur telur dadar. Zahdan biasanya langsung ke meja makan terlebih dahulu sebelum ia mandi. Menikmati pagi bersama masakan ibu, tentu memiliki cita sendiri. Air putih membasahi kerongkongan yang telah kekenyangan.

Setelah sarapan, tentunya Zahdan bersiap-siap untuk sekolah. Yah.. mungkin bagi anak remaja seusianya, sekolah akan menjadi aktivitas yang membosankan dan penuh pelajaran yang membuat pikiran terkuras. Tapi tidak untuknya, semua itu berkat cerita dan semangat yang ia peroleh dari sahabatnya. Memiliki sahabat yang cerdas dan juara di sekolah telah memotivasi Zahdan untuk terus menjadi yang terbaik. Hal unik yang tidak terbayang, ketika kesederhaan dari sebuah persahabatan mampu menciptakan ikatan pertemanan yang membahagiakan, mungkin saja lebih sekedar pertemanan biasa. Semua punya persepsi sendiri, namun tak ada yang lebih indah dari sebuah persahabatan yang tulus. Cukup bahagia dan jalani itu dengan penuh kepercayaan.

Pukul 6:13 menit, Zahdan pamit untuk ke sekolah. Ia berangkat ke Sekolah menggunakan angkot (Angkutan Kota). Perjalan itu terkadang penuh canggung, ia hanya menatap jendela angkot yang berjalan menembus alun-alun kota yang ramai. Zahdan harus sabar menunggu ketika harus berkali-kali singgah di tempat pemberhentian. Itu benar-benar membosankan dan mengambil waktu yang banyak. Untungnya, Zahdan bisa tiba ke Sekolah 5 menit sebelum apel pagi.

Bel berbunyi “tringggggg”. Zahdan berlari menuju ke kelas. Ia kelihatan kelelahan sesampainya di kelas. Ia mulai mengatur nafas, seolah semua baik-baik saja. Beberapa detik kemudian ia mulai merasa tenang. Tapi tiba-tiba ada yang menganggekkannya dari belakang.

“Zahdannnnn”

“Nafas ku, mau hilang”

“Zahdan, kamu kenapa?, kamu baik-baik saja kan?”

“Rileks… Rileks…” kata Zahdan sambil mengatur nafas

“Ternyata, kamu Bulan. Aku hampir kesulitan bernafas”

“Maaf, aku cuman bercanda tadi”

“Kalau bukan sahabat ku, pasti aku sudah beri peringatan”

“Iya, iya, maaf. Aku tadi mau kasih surprise pas kamu ingin masuk ke kelas”

“Emang siapa yang ulang tahun?”

“Nda sih, aku cuma ingatkan sahabatku. Kalau sebentar sore, Papa ku akan pulang dari Surabaya. Jadi besok aku sama bunda mau buat acara kecil-kecilan di rumah. Bantu aku untuk nyiapan acara besok”

“Jam berapa Papa mu tiba di Bandara?”

“Mama sih bilangnya jam 5 sudah tiba di Banjarmasin”

“Syukurlah”

“Tapi kamu harus janji yah sama aku. Kamu nda boleh telat”

“Iya, aku usahakan kok”

“Oke. Aku masuk dulu yah di kelas”

“ Whattt… Kamu nggak takut, kalau guru sudah duluan masuk di kelas mu”

“Hahaha… Murid pintar mah gampang masuknya”

“Ada-ada saja” sambil sedikit tertawa

“Aku tunggu yah besok di rumah”

Tak berlangsung lama ketika Bulan pergi. Guru pun masuk ke kelas. Zahdan hanya tersenyum melihat tingka laku sahabatnya tadi. Ia mungkin tak ingin berjanji di hadapan sahabatnya, tapi selalu ada alasan mengapa setiap kali sahabatnya memberikan kepercayaan. Ia tetap mengenggamnya dengan erat, tak mau ia bersedih. Ia hanya perlu komitmen untuk menanggung semua itu. Zahdan kembali fokus untuk mengikuti pelajaran sekolah hingga selesai.

Bagikan

Jangan lewatkan

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.