Gadis
(Fardin Yasin Amura)
pixabay.com |
Suatu ketika di kelas bahasa sedang diadakan membaca kisah oleh setiap siswa. Semua siswa begitu antusias karena jika tidak mengikuti kelas tersebut, maka akan berpengaruh pada nilai kelulusan mereka di sekolah. Saat kelas berlangsung, guru selalu memberikan applause bagi mereka memiliki penampilan terbaik ketika bercerita. Dan semua tercengang saat mendengar kisah dari seorang teman kelasnya yang dikenal berhati dingin. Sampai terdengar, beberapa teman kelasnya berkata “dia itu jadi cowok nggak punya perasaan. Mustahil bagi dia untuk mau bercerita di depan kelas”. “Iya bener. Cowok nggak punya hati gitu mana mungkin mau cerita norak kayak gini”. Namun semua berubah ketika ia bercerita. Dan beginilah kisahnya.
Aku masih ingat, saat pertama kali melihat mu, aku merasa ada yang beda. Sesuatu yang tak dapat dijelaskan melalui kata atau bisikan hati yang hanya sekedar menegur sapa. Aku sejenak yang hanya berdiam diri di atas batu yang tinggi. Saat itu mentari pagi cerah, hangat dan terasa segar untuk sekedar menghirup udara yang hadir menghampiri kekakuan ku.
Entah kau menyadari, itu sudah kali ke berapa, kau mencoba menghampiri ku. Tapi aku tetap saja acuh dan tak mempedulikan semua itu. Namun engkau masih saja tersenyum, dan menganggap semua tak terjadi.
Dan saat itu aku merasa utuh. Ingin ku meneriakkan sapa pada hati ku yang bisu. Dan biarlah syair yang membawa mu jatuh lebih dalam.
Dia yang berdiam disana
Selalu tersenyum
Saat muka berpaling
Begitu baik menegur sapa
Tertawa ceria saat jauh melirik
Dia yang tiba tiba menghampiri
Terdiam kaku saat mata memandang
Membawa keheningan sedetik
Membisikkan harapan namun tak bersuara
Dia yang sabar menunggu
Tak menyerah meski tersakiti
Tak berhenti meski terhalang
Oleh batu keeogisan
Dia yang pergi lalu tak kembali
Hangat Matamu terhias ketenangan
Tulus dan indah
Bagai Air memberikan kehidupan
Akan kah semua telah berubah
Aku tahu semua itu hanyalah cerita. Mungkin semua telah berubah. Ketulusan itu bukan lagi milik lelaki itu yang dulu pernah ada di hati mu. Waktu pun telah berlalu, seolah nampak tak dapat kembali. Kau yang telah jauh hingga aku pun belajar melepaskan semua.
Terkadang cerita mu menjadi akhir, dan mungkin awal yang baru. Setelah engkau melihat luasnya dunia. Hati pun mulai bergeming, apakah aku salah selama ini. Mungkin aku hanyalah terlalu egois pada diri ku. Jika itu benar adanya. Aku hanya berkata bahwa kau adalah bentuk kesyukuran ku yang paling indah dalam hidup ku. Terima kasih, untuk semuanya cerita yang engkau berikan kepada ku. Semoga aku tidak merasakan penyesalan untuk kedua kalinya.