Kejutan 10 Mei
(Fardin Yasin Amura)
Saat manusia
lahir ke dunia memiliki penanda waktu mereka sendiri. Ia tidak memilih takdir
itu akan melekat pada dirinya hingga seumur hidup. Kita selalu diliputi penanda
yang kadang disimbolkan pada identitas
diri. Satu hal yang tak disadari, simbol yang melekat pada diri bisa saja
hadiah orang lain atau sebatas penilaian mereka. Ini hanyalah konstruk sosial dengan
suka rela oleh diri dijadikan bagian hidup kita. “Huff…” sambil menghela napas.
Pemeran tokoh
dalam pewayangan diri bercerita tentang kejutan 10 mei dalam dimensi masa lalu
dalam menerka harapan yang akan datang. Titik waktu bernostagia tahun 2012,
sore hari yang cerah menemani ibu memasak di dapur. Adam menyukai pekerjaan
itu, membantu ibu memasak makanan yang ia sukai. “Ini makanan khas daerah kita,
kambose, berupa olahan jagung yang
dimasak lama. Orang tua kita dulu hidup dengan hanya memakan ini. Meskipun ini
hanyalah hidangan yang sederhana tapi ini lebih dari cukup untuk membesarkan
anak-anak mereka yang punya impian besar hingga mereka dewasa”. “Aku tak
mengira janggung ini punya andil besar untuk kehidupan meskipun sekarang sudah
banyak tergantikan oleh nasi”. Sambil meniup api yang panas sudah satu jam
lamanya. Kejutan pun datang, dari arah belakang ada yang menyiram air cucian
janggung tepat di bahu belakang Adam.
“Suprise….”
“Apa ini…?”
“Selamat kejutan
10 Mei”
“Hahaha…”
Roda waktu pun
kembali berputar dan berhenti di tahun 2013. “Mereka menjenguk ku, tapi aku
malu”. “Mengapa mereka datang beramai-ramai ke rumah?, ini diluar dugaan”.
“Thanks yah, udah
kerjakan tugas ku”.
“Yah, santai
saja”.
“Ini ada titipan
coklat untuk kamu. Buat apa?, sebagai hadiah saja”
“Dari siapa?”
“Sudah ambil
saja”
“Saya nda akan
ambil kalau nda jelas dari siapa?”
“Ini dari
teman-teman ku”
“Ha…… Sampai segitunya”
“Sudah terima
saja, kamu harus hargai pemberian orang lain”
“Aku agak berat hati untuk
menerimanya, tapi makasih yah, aku simpan saja”
Sepulang sekolah,
Adam menunggu di depan sekolah. Hari ini jenuh dan melelahkan. Kenapa
persaingan di kelas sangat ketat sekali. “Sudahlah, nikmati saja hari ini,
mungkin akan jauh bermakna jika tidak terlalu memikirkan hal yang tidak perlu”.
Angkot datang menghampiri, ia meninggalkan gerbang sekolah.
Terus terjebak
dalam ketidaktahuan. “Mungkin jika diri ku dari masa depan datang menghampiri
ku hari ini, mungkin aku bisa merubah segalanya. Ha… omong kosong itu selalu
datang mengusik pikiran ku”. Ia hanya berguman. Disisi lain, angkot terus
melaju dan berhenti sesaat menurunkan penumpang.
“Kiri….”
“Angkot itu
berhenti”
Masih beberapa
meter lagi, ini sungguh melelahkan. Menyelurusi jalan raya, Adam merasa kaku di
depan rumah itu. Itu hanya sebuah rumah. “Apa harus terus merasa bersalah,
padahal kami berteman baik dulu”. “Atau jangan-jangan… Ahhh, sudahlah… itu
hanya omong kosong”. Pohon besar depan rumah itu tak lagi berdaun lebat, seolah
nampak rapuh. Terus melanjutkan perjalanan, akhirnya Adam berhenti di depan
gerbang rumah, bunga kertas itu terus berguguran. “Aku ingin istirahat saja”.
“Adam…” “Adam”
“Iya Bu”
“Ada yang cari”
“siapa?”
“Udah, temui saja
di luar”
“Iya Bu, bilang
tunggu sebentar”
“Siapa yah?”
Adam beranjat
pergi menemuinya, “Ehhh, kamu, ngapain di rumah?”
“Nda, aku hanya
ingin sampaikan titipan salam dari teman ku”
“Oh… kirain apa,
kok dari kemarin salam terus”
“Nda, jangan
su’uzon, saya hanya menyampaikan saja” “Ini buat kamu”
“Apa an ini?”
“Udah, terima
saja”
“Kemarin kan
udah, kok ada lagi”
“Yah, ini titipan
dari teman ku, terima aja”
“Aneh…”
“Udah,
ini hadiah dari teman ku"
Angin malam
berhembus kencang. Hari ini sangat membosankan, tidak ada sesuatu yg
menyenangkan. "Ahhh... Kalau begini terus aku jenuh, aku pergi deh keluar
malam. Kebetulan malam ini udaranya bagus". "Ma... Izin keluar".
Adam pergi mengendrai motor.
Ini sudah tahun
terakhir ku. Aku akan pergi meninggalkan kampung kelahiran ku. Kenapa waktu
terasa begitu cepat, sekarang aku berada di tahun 2016. Malam ini aku ingin
habiskan mengelili kota kecil ini dan menikmatinya.
Jalanan cukup
ramai, kendaraan berlalu lalang. Lampu menyinari dan suara yg bising. Ini masih
agak tenang. Pikir ku yg sesak. "Mengapa kita harus memilih untuk pergi
meninggalkan?" "Dunia ini sebetulnya luas. Kenalilah setiap
perjalanan mu itu membawa kenangan. Aku tidak peduli. Aku hanya ingin menghabiskan
masa muda ku hanya untuk mencari pengalaman. Sampai pepatah itu benar adanya
"Di atas langit, masih ada langit". Itu seperti langit yang sedang ku pandangi.
Bukan keranda bantu yang bangga di antara tebing yang sempit. "Ahhh... Itu
untuk mereka yg sesak narsis".
Lucu mereka sesak
narsis untuk masih marak
"Remaja
selalu ingin keberadaannya eksis dan terkesan butuh validasi orang lain"
"Pencarian
jatih diri yah... Mungkin ini bagian fase hidup. Tak perlu memikirkan hal yg
tidak perlu"
Adam memandangi
lampu jalan yang menyinari. Saat mengendarai motor yang menapaki jalan yang
menanjak. Sampai ia pun melaju kencang dan membiarkan angin malam memeluk hati
gelisa. Sampai bayangan malam pun membayangi masa lalu.
“Yah… aku ingat…”
“Aku berjalan
dengan hati yang penuh kedamaian. Aku merasa momen itu adalah mimpi, bunga
tidur untuk menghibur anak kecil. Perjalanan menyelusuri lorong bersama kakak
ku yang sama sekali jarang bicara dengannya. Entah mengapa ketika semua telah
terencana, menyelusuri jalanan yang asri. Hingga aku memandang kejauhan pandangan
itu terlalu luas untuk diungkapkan. Namun ada hal yang tidak ku lupakan, aku
melihat keceriaan dari kesunyian yang selalu muram.
Bayangan masa
lalu itu pun semakin dalam…..?
Adam…. Adam…. Aku mendengar suara.
“Adam… suara itu
seakan ia memanggil ku. Apakah aku sedang bermimpi. Mengapa aku melihat
bayangan ibu ku, namun itu terlihat samar.
Beberapa saat
kemudian...
Alhamdulillah dia
terbangung. Anak kecil itu sudah dua jam tak sadarkan diri. Ia terjatuh dan
kepalanya terbentur. “Apakah dia baik baik saja?” “Syukurlah…. Kalau begitu”. “Semua orang kenapa mengerumuni ku. Aku tak
mengerti”. Suara mereka terdengar samar.
………….. “Sang
waktu pergi
Memutar roda
waktu melompat ke masa depan. Aku tak tahu, dikesunyian ini. Aku hanya memohon,
meskipun ini berat. Namun aku tetap percaya bahwa semua akan berlalu. Mungkinkah
ini tak akan seperti dulu lagi. Sebentar lagi aku akan berhenti di penghujung
tahun ini dan mungkin akan menjadi yang terakhir kalinya, aku bersama mereka.
Aku tak menyangka perjalanan ini terlalu jauh membawa ku kesini. Dari yang
awalnya hanya kehampaan, berubah menjadi sebuah pengalaman yang panjang.
“Dringgg…. Dringgg” dering chat smartphone ku berdering
“Selamat yah…”
“Makasih yah,
kamu orang pertama yang ngucapin”
Adam pun
tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 00:00 tengah malam ini. Pergantian 10
Mei.
Banyangan itu
berpindah meninggalkan tahun-tahun terakhir itu.
Aku telah
kehilangan semua harapan itu. Perjalanan ini sungguh melelahkan. Aku banyak
kehilangan segala hal. Semua ini tak bisa ku ceritakan dalam satu waktu. Ini
sungguh panjang, keributan demi keributan kadang menghampiri dan pergi begitu
saja. Mungkin di akhir perjalanan aku bisa saja kehilangan semua yang ku
miliki, tapi aku tak ingin kehilangan diri ku. Hanya dia yang ku miliki, dialah
yang menemani perjalanan ku ini. Mungkin sesak itu, kehilangan dan ditinggalkan
mereka yang pernah untuk kita. Semua seolah berlalu seperti mimpi. Aku tak
percaya, apakah dikejutan selanjutnya, aku masih ada menghirup udara yang segar
ini. Atau mungkin aku hanya akan merasa kehilangan dengan air mata bahwa
ternyata kita tak selamanya ada untuk hidup ini dan bisa jadi besok hanya akan
menjadi kenganan pahit yang seolah bercerita kembali.
Teriaklah…….
Remuklah diri ku.
Jatuhlah ke jurang hati terdalam mu. Biarkan gelap gulita itu menyelimuti.
Sorak sorakan kepayaan akan terdengar di dasar ujung dunia. Dan hidup itu akan
bergentayangan terowongan yang sunyi. Ia menjerit namun tak terdengar. Biarkan
ia menemuinya. Ia tak pernah merasakan, di ujung mana percabangan itu ada.
“Tidakkkkk…..”
Diammm
….
“Kamu payah, masa
begitu aja. Kamu tidak bisa”
“Bodoh… Kamu itu
memang benar benar bodoh”
“Dasar kamu
pengecut… Pulang sana”
“Kamu tidak
diandalkan. Pergi sana…”
“Apa dia…”
“Sudah diam saja
disitu…….!”
Mungkin ini tidak
mudah. Namun aku percaya semua akan berlalu dengan indah.” .
Dengan penuh
keyakinan, Adam mencoba menulis sepucuk surat untuk kejutan 10 Mei di masa
depan nanti.
----------
Dear kejutan 10
Mei.
Aku tahu. Kehadiran mu menjadi penanda bagi ku. Dan menjadi pengingat selama hidup ku. Tahukah engkau, banyak cerita yang telah aku lewati. Kepedihan, bahagia dan duka telah ku lewati. Semenjak mentari tenggelam dan terbit di pagi hari dan malam dengan nestapanya. Aku terhening sejenak. Jikalau di penghujung waktu di masa depan, aku tak bertemu lagi dengan mu. Izinkan tulisan ini menjadi penanda kehidupan ku yang sederhana namun memiliki sejuta tabir rahasia. Semoga hidup kita akan lebih bermakna dan selalu yakin untuk terus menggapai semua impian kita. Tetaplah bersyukur dan bersabar. Dan memaafkanlah mereka yang pernah menyakiti mu. Itu akan jauh lebih baik untuk mu. Dari ku, sahabat mu yang selalu setia untuk mu. Adam.