3/22/2022

[Cerpen] Dunia penyihir - Gerbang Keadilan

 

Mentari di Ufuk Timur Part 2

(Karya: Fardin Yasin Amura)

Sumber Gambar: pixabay.com

Suara tapak kaki kuda berjalan melewati lembah yang curam. Terik matahari begitu terasa di kulit. Sungguh dehidrasi yang tak tertahankan oleh tubuh yang kian renta, tak mampu melawan. Tubuhnya hanya terbujur lemah tak berdaya. Ia seolah mendengar percakapan burung hantu yang berterbangan di angkasa. Mengapa ia berada di dunia yang tak mampu dijelaskan oleh logika. Hawa sang penunggu jiwa meraung di tengah perjalanan yang tak pasti. “Apakah kamu akan kehilangan semangat? tidak, dia tak mau menyerah” suara parau membisik.

“Siapakah anak itu…?”

“Dia bukan dari bangsa kita”

“Mungkinkah itu manusia? Aku mencium bau manusia darinya”

“Manusia katamu, aku haus darah manusia”

“Apa? kamu mau mengambilnya dari ku!!!”

“Kau hanya mengganggu ku, wahai penyihir”

“Sudah, kalian jangan bertengkar… Anak itu sedang bersama prajurit Elevia Combeli

“Mereka selalu saja menghalangi kita untuk menguasai dunia Erfest

“Dunia ini haruslah menjadi milik kita….”

“Sudahlah, kita tinggalkan saja anak manusia itu, sebelum prajurit Elevia Combeli menemukan kita”

“Sial, mantra mereka cukup kuat untuk mengalahkan kita” Bayangan itu pun sekilas menghilang begitu saja.

Awan hitam kelabu menyelimuti hutan penyihir yang haus akan darah. Burung gagak beterbangan menghiasi langit yang kian menggelap. Pusaran angin membawa bau tak sedap dari penjuru kegelapan. Pasir menggumpal dan berubah menjadi warna hitam pekat. Selain itu semua tumbuhan tiba-tiba layu.

Prajurit itu pergi melewati lembah kegelapan. Pasukan berkuda yang berbaris rapi tanpa membentuk celah sedikit pun. Barisan tersebut memakai amor dan perisai emas. Hentakan kaki prajurit menggema segala penjuru hutan. Lolongan serigala berdatangan dan melangkah dari kejauhan.

Salah satu prajurit meniup terompek “Duhhhhh….”

“Buka Gerbang Keadilan” Teriak prajurit

Sontak aura 7 naga mengeluarkan api yang panas. Mengukir setiap pola gerbang keadilan. Cahaya emas pun terpancar menyilaukan mata. Perlahan lahan gerbang keadilan terbuka.

Naga Lawero muncul tepat saat gerbang itu terbuka sepenuhnya.

“Aku naga Lawero. Penjaga gerbang keadilan. Aku mencium bau manusia”

“Yah… Tuan Penjaga. Kami tak sengaja menemukan seorang manusia yang tersesak di hutan penyihir”

“Kenapa kalian membawanya kemari?” naga Lawero marah

“Maafkan kami tuan penjaga, kami hanya ingin menyelamatkan manusia ini dan membawanya ke hadapan Raja” ucap salah seorang prajurit

“Apa kalian lupa. Ini adalah dunia Erfest yang sudah beribu tahun tidak pernah dimasuki oleh manusia. Perjanjian antara bangsa manusia dan penyihir melarang manusia memasuki alam penyihir, dunia Erfest”.

Seorang jenderal datang menghampiri dari dalam gerbang keadilan. “Tunggu tuan Penjaga”

“Kau… Jenderal La Nuangi , mengapa kau datang kemari?”

“Tenanglah, tuan penjaga. Aku mendengar dari pendeta kuil bahwa akan datang penyelamat negeri ini dan dia seorang manusia”

“Seorang manusia. Mungkinkah yang kamu maksud adalah manusia itu? Dia terlihat lemah”

“Aku tidak tahu pasti. Tapi tidak ada salahnya untuk membawa anak ini dihadapan pendeta kuil dan raja. Mungkin kita akan menemukan kebenaran darinya”

“Baiklah. Aku mengijinkannya. Ketahuilah jika ada yang salah dari anak manusia ini, maka aku sendiri naga Lawero yang akan menghabisinya”.

“Baik, tuan penjaga…” ucap Jenderal La Nuangi .

 

Bersambung…..

 

Bagikan

Jangan lewatkan

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.